Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK, Seperti Apa ?


OYPMK (orang yang pernah menyandang kusta) atau dissabilitas baik yang disebabkan oleh kusta atau ragam disabikitas lainnya masih tetap terjebak dalam lingkaran diskriminasi. Salah satu hambatan terbesar nya meskipun penderita kusta telah dinyatakan sembuh dianggap telah menyelesaikan segala rangkaian pengobatan atau dapat dikatakan rft rillis frontmen namun status atau predikat penyandang kita akan selalu ada pada dirinya seumur hidup. Hal tersebut yang akan menjadi dasar permasalahan psykologist pada orang yang pernah mengalami kusta.

Selain mengalami gangguan kesehatan orang yang pernah mengalami kusta juga akan mengalami gangguan dalam hidup na seperti :  

  • Gangguan Kesejahteraan psikologis 
  • Gangguan  Hubungan sosial
  • Masalah dengan lingkungan sekitar
Karena keterbatasan dan kurang nya dukungan sosial dari masyarakat itu sendiri hal ini menandakan sulitnya kebebasan dan kemerdekaan  bagi penyandang dissabilitas dan OYPMK dalam pemenuhan hak hidup, dan lingkungan eksklusif hanya akan menjadi impian belaka,

Dan bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia yang baru saja kita rayakan17 Agustus lalu, bagaimana sih orang yang pernah mengalami kusta atau oypmk memaknai kemerdekaan dan kebebasan dalam berkarya karena mental dan bersosialisasi di masyarakat tanpa adanya hambatan dan tentumya stigma kusta baik yang dari diri sendiri maupun stigma lingkungan yang melekat pada dirinya. 

Lalu apa sih peran serta masyarakat dan orang-orang terdekat dalam upaya mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas dan OYPMK ??

Telah hadir dalam bicang-bincang webinar bersama Ruang Publik kBR, nara sumber yang keren dan kompeten dibidangnya Dr Mimi Maryani Rusli selaku direktur Mimi Institute dan mba Marsinah Dhede selaku orang yang pernah menyandang kusta (OYPMK) sekaligus selaku aktivis wanita dan difabel. 

MIMI Institute

Mimi Institute adalah lembaga yang hadir sejak tahun 2009 atau sekitar 13 tahun yang lalu. Fokus menstreaming divisi diffabel live, ingin membiasakan masyarakat bersosialosasi dengan teman-teman disabilitas dengan ragam-rgam interaksi satu sama lain sehingga bisa berinteraksisecara akses denga para penyandang disabilitas.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Mimi Institute antara lain adalah : 
✔ Konsultasi
✔ Edukasi anak dan remaja berkebutuhan khusus baik yang tuna netra, disabilitas netra, sensorik, autism dan sebagainya. 
✔ Edukasi kepada masyarakat
✔ Publikasi seperti menulis buku, menulis modul untuk memberikn pengetahuan kepada masyarakat apa  disabilitas dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat apa itu disabilitas dan bagaimana cara berinteraksi yang akses kepada teman-teman disabilitas. 

Para OYPMK atau disabilitas kerap kali datang ke Mimi Institute untuk berkonsultasi atau konseling dan mengetahui kebutuhannya dan terlebih kepada penyadaran hak asasi mereka. Jelas dr Mimi. 

Kondisi umum yang kerap terjadi pada OYPMK sekaligus penyandang disabilitas lainnya adalah :

Shock Teraphy

Ketika orang tau dia mengalami disabilitas karna kusta  maupun bukan dari kusta seringkali mengalami shockterapi . Sistematisasi terhadap diri sendiri muncul secara spontan ketika kita tahu mengalami kusta sehingga tidak tahu apa yang mau dilakukan, mau ngapain, rasa nya seperti kehilangan hak. Apalagi stigmatisasi yang muncul dari masyarakat yang mempertebal stigma dalam diri kita masing-masing walaupun kita yakin sudah cukup kuat.

Peraturan perundang-undangan pemenuhan hak yang tidak optimal

Masyarakat atau Lembaga Pemerintah yang mngatur kebijakan perundang-undangan kadang tidak berpihak kepada para OYPMK atau disabilitas lainnya yang jadi nya malah menambah rasa cemas, stress terhadap masa depan. 

Mengalami gangguan kejiwaan.

Rasa cemas adalah gejala ringan yang sering terjadi. Kurang nya pengetahuan atau informasi yang keliru apa itu kusta dan apa itu disabilitas yang akhirnya membuat warisan-warisan yang negatif sehingga terjadilah yang namanya pengucilan yang akhir nya membuat mereka menarij diri dari lingkungan masyarakat.

Dr. Mimi sendiri ialah penyandang disabilitas tuna netra. Menilik rekam jejak hidupnya Dr. Mimi mengalami tunanetra dari usia 17 tahun karen degenerasi retina. Life must go on, beliau bangkit lebih hebat dan meneruskan mimpinya lulus dari kampus terkemuka dunai Leeds University, Inggris. Tak hanya sampai di sana Dr. Mimi juga mendirikan Mimi Institute yang merupakan lembaga dengan visi mulia agar penyandang disabilitas mempunyai kehidupan yang lebih baik, dan dapat meraih mimpinya.

Menurut beliau kebijakan atau regulasi yang pemerintah berikan belum sepenuh nya memberikan dukungannya terhadap penyandang disabilitas yang konsekuensinya kadang-kadang  membuat kita tidak merdeka. 

Berharap undang-undang terkait perlindungan pemenuhan hak penyandang disabilitas dari sisi implementasi dan monitoring perlu dibenahi kembali, supaya para penyandang disabilitas benar-benar merasa merdeka. Seperti merdeka menggunakan transportasi, merdeka pergi kesekolah, merdeka pergi kerja dan lain sebagainya. 

Kesimpulannya undang-undang kebijakan yang sudah ada terhadap perlindungan hak-hak penyandang disabilitas belum optimal. Papar dr. Mimi

Penyintas Kusta

Beralih dari Dr. Mimi, ada mba Marsinah Dhede selaku OYPMK dan Aktivis Difabel dan Perempuan. Mba Marsinah seorang penyintas kusta sejak usia 8/9 tahun saat duduk dikelas 3/4 Sekolah Dasar seitar tahun 90-an. 

Berikut paparan dari mba Dhede tentang awal mula teridentifikasi sebagai penyintas kusta : 

Berawal adanya beberapa bentuk tubuh, kulit yang tebal dan memutih yang berbeda dengan warna kulit lain yang tidak berasa meski sudah di siletin. Sebagai orang desa, saat itu mendengar siaran di radio yang menyebutkan tanda-tanda yang sama dengan yang dialami diri nya, lalu disampaikan ke mama nya dan diantar ke PUSKESMAS. 

Dan sesampainya dia disana dokter menyatakan kalau ia menderita Lepra/kusta, yang ternyata berbahaya. Sedikit bingung, karna dilingkuan keluarga tidak ada yang menderita kusta atau bukan dari keturunan kusta, bahkan dilingkungan sekitar rumah jaraknya pun berjauhan. 

Affirmative Action 

Menurut mba Dhede penting sekali membuat semacam Affirmative Action. Untuk pekerjaan,  disabilitas maupun OYPMK karna untuk pekerjaan untuk disabilitas sendiri sudah ada undang-undang standar minimal BUMN/BUMS penerima penyandang disabilitas. 

Untuk BUMN wajib 2% minimal dan BUMS 1 % . Ini adalah bagaimana negara mendorong atau mengaffirmatif Action penyandang disabilitas agar tidak tertinggal. Karna paling banyak pengangguran kontribusinya dari pesandang disabilitas/OYPMK. 

Pentingnya Affirmatif Action agar pemerintah memberikan peluang, skill, peningkatan kapasitas termasuk peningkatan pendidikan.

Pentingnya proses integrasi/pemulihan harus dilakukan dengan :

1. Ada keluarga yang terus memeluk mereka memberikan dukungan.
2. Ketika usia sekolah berikanlah pendidikan yang layak.
3. Libatkan penyandang disabilitas/OYPMK dalam lingkungan sosial masyarakat. 

Bagaimana masyarakat menerima bukan menyalahkan. Di masyarakat kita yang di tunjuk untuk harus menyesuaikan diri adalah orang yang mengalami atau penyintas itu sendiri. Tapi sosial ini sendiri tidak kemudian berbenah untuk membuat ini. 

Yang bisa membuat ini, pastinya untuk berbenah adalah negara kita yang bisa memberikan melalui regulasi-regulasi melalui edukasi dan sosialisasi. 

"Affirmatif Action sangat penting, 2% di disabilitas harus diberlakukan kepada para penyandang disabilitas/OYPMK" , jelas mba Dhede

Sosialisasi terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan :
- Gencar melakukan publikasi penjelasan kepada masyarakat. 
- Melakukan penyuluhan, promosi iklan media, 

Kedua hal ini tentunya harus dibarengi dengan bagaimana pemerintah menurunkan dana, menganggarkan semua ini kepada Kementerian-kementerian terkait. 

Contoh nya Covid yang selama 2 tahun berhasil mengubah budaya dari tidak pakai masker menjadi sadar akan pakai masker. 

Bagaimana cara mengembalikan para penyandang disabilitas ketengah-tengah masyarakat :
- Mengajak kembali ke sekolah, kuliah dan bekerja 
- Sadari hak 
kalau dijauhi maka mendekati, karna kalau kita jauh, masyarakat akan semakin jauh. 

Kesimpulan :
Makna merdeka bagi OYPMK dan Disabilitas adalah merdeka akan hak-hak mereka.

Seperti merdeka menggunakan transportasi, merdeka pergi kesekolah, merdeka pergi kerja dan lain sebagainya. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sensasi Mandi Parfume Bareng Vitalis Parfume Moisturizing Body Wash

Toyota All New Rush

Kemeriahan Syukuran Kumpulan Emak-emak Blogger di KEB 11 Tahun